Foto. Mahasiswa praktik pembuatan lilin hias dari minyak jelantah. |
TERBIT ■ Minyak bekas gorengan, alias minyak jelantah yang berada di dapur rumah, sering kali merusak pemandangan. Bayangkan saja, semula warna kuning keemasan itu berubah menjadi cokelat, bahkan hitam mengkilap. Namun, jika dimanfaatkan minyak limbah rumah ini dapat dijadikan bahan pembuatan lilin hias yang cantik. Diolah dengan kulit jeruk menghasilkan lilin beraroma segar yang tidak disukai nyamuk.
Itu, ide yang diangkat tiga mahasiswa (Yunita Duwi, Nur Janah, dan Ratna Anista Dewi), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Ponorogo. Ide kreatif itu dijadikan penelitian yang diselenggarakan Kemenristek Dikti tahun 2017. Berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Desa Wayang Kecamatan Pulung Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai Alternatif Pembuatan Lilin.”
“Ide terinpirasi, ketika saya berkunjung di rumah teman, lalu mendapati beberapa aqua gelas berisi minyak jelantah,” ungkap Ratna, Anggota Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Melalui PKM berbasis pengabdian masyarakat, mereka berinisiatif ingin menyulap minyak jelantah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai tinggi. Mereka pun memilih Desa Wayang, Pulung, Ponorogo sebagai desa sampel.
Desa Wayang mayoritas masyarakatnya memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual gorengan. Sehingga, banyak minyak jelantah menghiasi dapur mereka. Karena, kurang kreatifnya masyaraka, minyak itu pun berakhir begitu saja.
Rabu, (11/07), ketiga mahasiswa itu melakukan penyuluhan pembuatan lilin hias dari bahan minyak jelantah di Desa Wayang. Tujuan dari penyuluhan ini untuk mengajarkan masyarakat memanfaatkan limbah, melatih masyakat untuk kreatif dengan memanfaatkan limbah bekas penggorengan menjadi sesuatu yang menarik, dan membantu masyakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Senang, mendapati ilmu membuat lilin dari jelantah. Saya rasa dapat diterapkan karena sangat praktis dan hemat,” ungkap salah seorang warga desa Wayang.
Adapun manfaat lilin hias ini, di antaranya menggantikan cahaya listrik, menghemat daya listrik, dan memanfaatkan limbah rumah. “Semoga masyarakat dapat mempraktikkan secara mandiri lilin hias. Sehingga, masyarakat dapat menjadikan hal yang semula tidak bermanfaat menjadi sesuatu yang baru,” pungkas Yunita saat mengakhiri penyuluhan pembuatan lilin hias.
Reportase: Suci Ayu Latifah
Foto. Antusias masyarakat Desa Pulung, saat mahasiswa memberikan penyuluhan.
|