TERBIT.ID | Jakarta - Sejarah Jakarta bermula dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang direbut Fatahillah dan saat ini Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia, Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).
Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi, dikutip dari Wisata Kota Tua dan berbagai sumber.
Kemudian, sekitar abad ke-14, kerajaan ini telah beribukota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kelapa dan Banten.
Kemudian, bangsa Portugis datang sebagai orang Eropa pertama yang datang ke Bandar Kelapa dan mulai memonopoli perdagangan.
Pelabuhan Sunda Kelapa diserang oleh tentara Demak pada tahun 1526 yang dipimpin oleh Fatahillah.
Setelah berhasil direbut, namanya diganti menjadi Jayakarta pada 22 juni 1527.
Tanggal inilah yang kemudian menjadi hari lahirnya Jakarta.
Kota tersebut luasnya tidak lebih dari 15 hektar dengan pola tata kota tradisional.
Jayakarta menjadi Batavia
Pada tahun 1619, Kota Jayakarta hancur diserang VOC Belanda, yang dipimpin oleh Jan Pieters Zoon Coen.
Kemudian, pada tahun 1620, Belanda membangun kota baru dari reruntuhan Jayakarta, yang diberi nama Batavia sebagai penghormatan atas kaum Batavieren, suku bangsa yang menjadi nenek moyang orang-orang Belanda.
Kota Batavia ini merupakan tiruan dari Kota Amsterdam.
Selain membangun Kota Batavia, Belanda juga membangun kawasan yang sampai kini disebut sebagai Kota Tua.
Belanda menyadari keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda.
Orang-orang Belanda lalu membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir.
Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar.
Belanda juga membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan Kota Batavia.
Perkembangan Kota Batavia
Orang-orang pribumi di Batavia dijuluki Batavianen, yang kemudian dikenal sebagai orang Betawi.
Orang Betawi sebenarnya keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa.
Pada tahun 1635, Kota Batavia diperluas ke sebelah barat sungai Ciliwung, di atas kota Jayakarta yang hancur.
Kota ini dirancang lengkap dengan sistem pertahanannya berupa tembok dan parit di sekeliling kota.
Tata ruang kota dibagi kedalam blok-blok yang dipisahkan oleh kanal.
Pembangunan Kota Batavia selesai pada tahun 1650.
Dilansir dari Tribunnews.com. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi Jakarta.
Lama-kelamaan Kota Batavia mulai berkembang ke arah selatan.
Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak.
Sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya.
Selama penjajahan Belanda, selain Kota Batavia, masyarakat Indonesia juga mengalami perkembangan.
Pada abad ke-20, kaum pemuda Indonesia mulai mengenyam pendidikan, baik di Batavia mau pun luar negeri.
Mereka menyatukan visi dan misi, hingga tercetuslah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang berisi tiga pernyataan, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan yaitu Indonesia.
Batavia menjadi Jakarta
Kemudian, saat Jepang menguasai Indonesia pada 1942-1945, nama Batavia berubah lagi menjadi Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan mengibarkan bendera Merah Putih pertama kalinya.
Namun, kedaulatan Indonesia secara resmi baru diakui pada tahun 1949.
Pada tahun yang sama, Indonesia resmi menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kemudian, pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi Ibu Kota Republik Indonesia.
Setelah menjadi ibu kota, pembangunan gedung-gedung perkantoran pemerintah dan kedutaan negara sahabat mulai di bangun di sekitar Jakarta.
Kota Jakarta mulai tumbuh menjadi kota besar.
Sejak tahun 1966, Jakarta berkembang menjadi sebuah metropolitan modern.
Kekayaan budaya dan pertumbuhannya yang dinamis merupakan sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan terkemuka pada abad ke-21.(Red).