Pepeling Ponorogo Gelar Upacara HUT RI di TPA: Nasionalisme Kami Tak Kalah dari Para Koruptor

Redaksi
Minggu, 18 Agustus 2024 | 12:13 WIB Last Updated 2024-08-18T05:15:10Z
TERBIT.ID, Ponorogo - Komunitas Pemulung Peduli Lingkungan (Pepeling) di Ponorogo, Jawa Timur, memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 dengan menggelar upacara bendera di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Sabtu (17/8/2024). 

Di tengah tumpukan sampah dan aroma tak sedap, para pemulung ini menunjukkan rasa cinta tanah air yang mendalam, dengan semangat yang tak kalah dari para pejabat negeri.

Di tengah kondisi ekonomi yang terbatas, 33 pemulung Ponorogo, dua di antaranya wanita, berkumpul di area TPA Desa Mrican untuk melaksanakan upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan mengenakan seragam khas mereka baju, sepatu, dan topi yang biasa digunakan dalam pekerjaan sehari-hari para pemulung ini berdiri tegap di antara gunungan sampah yang menjadi saksi bisu khidmatnya upacara.

Meskipun dilakukan di lokasi yang kumuh, kotor, dan jauh dari kesan mewah, prosesi upacara berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat. Sang Saka Merah Putih dikibarkan di atas tiang bambu, berkibar megah di tengah tumpukan sampah yang mencerminkan kerasnya kehidupan para pemulung.

"Secara ekonomi kami memang kekurangan, bahkan miskin. Tapi rasa nasionalisme dan kecintaan kepada bangsa dan negara, tak kalah. Bahkan, mungkin lebih besar dibanding koruptor yang menggerogoti negara," tegas Marsudi Jois, pembawa acara upacara, saat diwawancarai oleh jurnalis.

Upacara dimulai tepat pukul 10.00 WIB, meniru waktu proklamasi yang dilakukan Bung Karno pada tahun 1945. Susunan petugas upacara dipimpin oleh Marsudi Jois, dengan Adi sebagai komandan upacara, Setiawan sebagai pembaca naskah Pancasila, Abri yang juga merupakan Kepala TPA Mrican membaca teks Proklamasi, dan Sahur, Jito, serta Agus sebagai pembawa bendera Merah Putih.

Kecintaan terhadap tanah air tak hanya ditunjukkan melalui upacara, tetapi juga lewat aksi nyata. Setelah upacara, seluruh peserta melakukan kerja bakti membersihkan selokan di sekitar area TPA sepanjang 300 meter. Meski dilakukan di area yang kotor, mereka tetap berusaha menjaga kebersihan lingkungan untuk menjaga ekosistem, terutama menjelang musim hujan.

Dengan alat sederhana seperti cangkul, sabit, dan gergaji, para pemulung yang berselogan "Nresnani Ponorogo Sak Mampu Kulo" (Mencintai Ponorogo Semampu Saya) tersebut bekerja keras membersihkan lingkungan. Setelah kerja bakti selesai, mereka makan bersama di antara bukit sampah, menikmati makanan sederhana yang disiapkan oleh para istri pemulung.

Tidak ada kemewahan dalam acara mereka, hanya semangat nasionalisme dan kebersamaan yang tulus. Marsudi berharap, kegiatan sederhana ini dapat menjadi contoh bahwa cinta tanah air tidak harus ditunjukkan dengan kemewahan, tetapi dengan kesederhanaan dan semangat gotong royong. "Kami mungkin miskin, tetapi semangat kami untuk Indonesia tidak pernah padam," pungkas Marsudi.




Kontributor : Fin
Redaktur     Andri Somantri

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pepeling Ponorogo Gelar Upacara HUT RI di TPA: Nasionalisme Kami Tak Kalah dari Para Koruptor

Trending Now

Iklan