Kekecewaan Orang Tua Gading Prayana Terhadap Pelayanan Klinik: "Anak Saya Tidak Ditangani dengan Cepat"

Redaksi
Senin, 02 September 2024 | 09:16 WIB Last Updated 2024-09-02T02:18:26Z
TERBIT.ID, Sukabumi - Rasa kecewa menyelimuti hati Darwin Prayana (44), ayah dari Gading Prayana (15), yang meninggal dunia usai terlambat mendapatkan penanganan di sebuah klinik di Desa Nyangkowek, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Sabtu, 31 Agustus 2024. Darwin merasa anaknya tidak menerima pertolongan pertama yang memadai saat dibawa ke Klinik Bebita.

Menurut Darwin, anaknya yang terluka parah setelah kecelakaan, dibawa oleh teman-temannya ke klinik terdekat. Namun, setibanya di klinik, Gading hanya didudukkan di kursi roda tanpa adanya tindakan medis segera. “Saat saya tiba di klinik, anak saya masih duduk terkulai di teras, belum ada tindakan apa pun. Saya marah dan meminta agar segera dilakukan pertolongan, namun pihak klinik justru mengatakan bahwa mereka menunggu keluarga korban. Padahal, saya adalah ayahnya,” ungkap Darwin kepada Terbit.id.

Darwin menduga bahwa anaknya masih memiliki denyut nadi ketika berada di klinik dan seharusnya bisa diselamatkan jika diberikan pertolongan pertama. "Ketika sampai di RS BMC, dokter mengatakan bahwa anak saya masih memiliki denyut nadi. Sayangnya, tidak lama kemudian anak saya dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 16.30 WIB," katanya.

Lebih lanjut, Darwin merasa kecewa dengan pelayanan klinik yang tidak sigap dalam menangani kondisi kritis anaknya. "Saat berada di dalam ambulans, tidak ada tenaga medis yang mendampingi. Saya kebingungan harus bagaimana ketika darah terus mengucur dari tubuh anak saya," ujarnya dengan penuh kesedihan.

Pihak Klinik Bebita melalui Humas, Novi, mengakui adanya kekecewaan dari keluarga korban. Novi menjelaskan bahwa kondisi korban saat tiba di klinik sudah sangat parah dan tidak dapat ditangani oleh fasilitas klinik. "Kami bukan klinik besar dan tidak memiliki peralatan yang memadai untuk menangani kasus pendarahan berat. Maka dari itu, kami sarankan untuk segera dirujuk ke rumah sakit," jelas Novi kepada Terbit.id.

Novi juga menegaskan bahwa ambulan klinik tidak tersedia 24 jam dan saat itu sedang digunakan untuk mengantar pasien lain. "Kami sudah melakukan yang terbaik sesuai kapasitas kami. Namun, memang kondisinya saat itu sudah kritis, dan luka yang dialami korban membutuhkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit," tambahnya.

Menanggapi kekecewaan Darwin, Novi menganggapnya sebagai hal yang wajar mengingat kondisi keluarga yang sedang shock. "Kami mengerti rasa kecewa itu, tetapi situasinya memang di luar kapasitas kami sebagai klinik," tutupnya.



Redaktur : U. Suherman. 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kekecewaan Orang Tua Gading Prayana Terhadap Pelayanan Klinik: "Anak Saya Tidak Ditangani dengan Cepat"

Trending Now

Iklan