Kontraktor Klarifikasi Isu Pembangunan Alun-Alun Gadobangkong di Pantai Palabuhanratu

Redaksi
Rabu, 05 Maret 2025 | 21:30 WIB Last Updated 2025-03-05T14:31:54Z
TERBIT.ID, Sukabumi - Menanggapi berbagai informasi yang beredar di masyarakat terkait pembangunan Alun-Alun Gadobangkong, pihak kontraktor PT Lingkar Persada KSO Adhi Makmur memberikan klarifikasi terkait isu ornamen penyu, kondisi infrastruktur, serta penggunaan anggaran proyek. Pihak kontraktor menegaskan bahwa proyek telah dilaksanakan sesuai spesifikasi yang ditetapkan dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga fasilitas umum ini.

Klarifikasi Soal Ornamen Penyu
Salah satu isu yang beredar adalah terkait biaya pembangunan ornamen penyu yang disebut mencapai miliaran rupiah. Kontraktor menegaskan bahwa anggaran untuk ornamen tersebut hanya sekitar Rp 30 juta, bukan miliaran seperti yang berkembang di masyarakat.

"Ornamen ini dibuat menggunakan resin dan fiberglass, bahan yang umum digunakan untuk patung luar ruangan karena ketahanannya terhadap cuaca ekstrem," kata perwakilan PT Lingkar Persada KSO Adhi Makmur, Imran Firdaus, Rabu (5/3/2025). 

Ia juga membantah isu yang menyebut ornamen terbuat dari kardus. Menurutnya, kardus dan bambu yang terlihat dalam video viral hanyalah media cetakan awal dalam proses pembentukan ornamen sebelum dilapisi dan diperkuat dengan resin dan fiberglass.

"Kalau benar-benar dari kardus, mana mungkin bisa bertahan lebih dari setahun menghadapi hujan, panas, dan kondisi pesisir yang ekstrem?" ujarnya.

Selain itu, pihak kontraktor menyoroti perilaku pengunjung yang sering memanjat dan berswafoto di atas ornamen, sehingga mempercepat kerusakan. Untuk itu, perusahaan telah mengajukan izin kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk memperbaiki ornamen yang rusak.

"Kami sudah meminta izin kepada DLH, begitu surat izin keluar, langsung kami perbaiki. Ini bentuk kepedulian kami agar fasilitas tetap terjaga," tambahnya.

Kerusakan Infrastruktur Akibat Gelombang Pasang

Pihak kontraktor juga memberikan penjelasan mengenai kerusakan infrastruktur, khususnya pada area tangga yang disebut rusak akibat gelombang pasang.

"Alun-Alun Gadobangkong dibangun di atas permukaan datar yang mengarah ke pasir, bukan untuk menghadapi gelombang secara langsung. Jika ingin menghadapi ombak besar, harus ada pemecah ombak (breakwater)," jelas Imran Firdaus.

Pada Maret 2024, gelombang pasang setinggi 2,5 hingga 3 meter menghantam kawasan ini. Ombak yang terus-menerus menghantam tangga menyebabkan struktur beton terkikis secara bertahap.

"Kami tegaskan bahwa ini bukan kesalahan konstruksi, melainkan dampak dari faktor alam yang tidak bisa dihindari," katanya.

Sebagai solusi jangka panjang, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat mempertimbangkan pembangunan pemecah ombak untuk mengurangi dampak abrasi dan gelombang tinggi.

Tanggapan soal Temuan BPK dan Denda Keterlambatan

Menanggapi hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kontraktor mengakui adanya beberapa kekurangan volume pekerjaan yang telah ditindaklanjuti sesuai ketentuan.

Salah satu temuan BPK terkait huruf penanda "Alun-Alun Gadobangkong" yang dianggarkan Rp 163 juta. Setelah audit, nilai ini tetap sama, dan pihak kontraktor telah mengembalikan seluruh jumlah tersebut ke negara.

Selain itu, terdapat temuan kekurangan volume pekerjaan lainnya senilai lebih dari Rp 500 juta, yang juga telah dikembalikan ke negara melalui mekanisme Tuntutan Ganti Rugi (TGR).

"Terkait denda keterlambatan, kontrak awal proyek memiliki durasi 120 hari kalender. Karena ada kendala teknis, kami mengajukan perpanjangan waktu, sehingga terkena denda keterlambatan sebesar Rp 13 juta per hari. Total temuan BPK dan denda yang telah dikembalikan ke negara mencapai sekitar Rp 1 miliar," ungkap Imran Firdaus.

Ia juga menegaskan bahwa nilai kontrak bersih proyek ini adalah sekitar Rp 13 miliar setelah dipotong PPN 11%, bukan Rp 15,6 miliar seperti yang ramai diperbincangkan.

"Anggaran tersebut mencakup berbagai komponen pekerjaan, seperti area parkir, pedestrian, gedung kuliner, area selfie deck, taman, lampu penerangan, hingga fitur air," tambahnya.

Harapan terhadap Perawatan Alun-Alun Gadobangkong

Sebagai warga Sukabumi, pihak kontraktor berharap Alun-Alun Gadobangkong tetap menjadi kebanggaan masyarakat. Namun, minimnya perawatan membuat kawasan ini terkesan kumuh.

"Kami meminta pemerintah daerah segera membuat regulasi dan langkah konkret untuk merawat serta mempercantik kembali alun-alun ini," ujar Imran Firdaus.

Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli dalam menjaga fasilitas umum agar tetap nyaman dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

"Kami terbuka untuk diskusi lebih lanjut guna memberikan informasi yang lebih akurat mengenai proyek ini," pungkasnya. (R.Cking). 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kontraktor Klarifikasi Isu Pembangunan Alun-Alun Gadobangkong di Pantai Palabuhanratu

Trending Now

Iklan